Judul: Copenhagen
Tahun: 2014
Produksi: Fidelio Films, Scorched Films
Sutradara: Mark Rasso
Starring: Gethin Anthony, Frederikke Dahl Hansen
Selamat pagi!
Hari ini, setelah lama sekali ga update, saya bakal review film favorit yang sebenernya udah lama banget pengen saya bikin reviewnya di blog ini tapi belom sempet2 #HalahAlesan.
Oke, jadi kalo kalian sudah pernah baca entry blog ini sebelumnya tentang #MyFavChara di serial #GameofThrones pasti paham lah alesan gak mutu kenapa film ini jadi favorit saya. Yap, karena lead actor di Copenhagen ini tidak lain adalah aktor kesayangan aka mas gethin yang dulu main jadi King Renly di GoT. MAZ GETHIN! ❤
Puas-puasin liat mas gethin di film ini~
#GuyCrush #NotInDenial
Cerita dari film ini berkutat pada seorang cowok amerika bernama William (mas gethin) yang berpetualang di eropa demi menyerahkan sepucuk surat yang ditemukannya setelah ayahnya meninggal, yang ditulis ayahnya untuk sang kakek yang konon berada di denmark.
Porsi besar dari petualangan William di film ini bersetting di copenhagen: mulai dari ditinggalkan sahabat (dan ceweknya yang super bit*hy), bertemu Effy (dahl-hansen) cewek lokal yang membantu will muter2 cari lokasi kakeknya, berdua hanging out seharian menguncover rahasia masa lalu keluarga William sampai mereka terlibat cinlok. Eh tapi ternyataaaa, meskipun terlihat dewasa ternyata Effy masih di bawah umur!!
WILLIAM PEDOBEAR??
Jangan kuatir, ga ada aksi pedo disini, karena William langsung hilang minat begitu tau Effy masih underage buhahahah #IniHarusDiomongin. Btw, justru disinilah bagian apik dari film ini, dimana ada penggambaran dua karakter yang bertolakbelakang: William yang sudah dewasa tapi pikirannya masih seperti abg (hidup bebas enak, impulsif) dan Effy yang tipikal abg klasik dengan perilaku yang udah keburu pengen niru orang dewasa (ngerokok, ke bar). Plot film ini mengikuti perkembangan karakter dari keduanya, dimana pada akhirnya, dari keputusan2 yang diambilnya, William terlihat menjadi semakin dewasa, sedangkan Effy harus mengakui kodratnya sebagai underage yang masih belum legal..
Legal? Legal buat apa?
Buat apa hayoo?
Pliz jangan ngiklan disini eyang.
Eyang pliz.
Itu plot bagian romancenya. Yah, mayoritas memang main disana sih, sisanya ga begitu penting. Kalau penasaran apakah William berhasil nemuin kakeknya atau ngga mending nonton sendiri, hihi.
•••
NOW LET’S JUDGE THIS MOVIE!
•rating: 17+ / R
Terdapat beberapa adegan “lembut” (semua dilakukan pemeran cukup umur) seperti penggunaan kata2 seputar gituan, making out, hingga adegan topless.
Bukan, bukan topless yang ini.
Adegan2 tersebut, bagaimanapun, masih tergolong mild (tidak sampai menampilkan anu ataupun nganu) dan tidak sampai nggilani karena fungsinya toh hanya sebagai sarana penegasan karakter. Tapi ya tetap saja, pastikan kamu sudah cukup umur untuk nonton adegan semi arousing semacam itu.
•casting: 10/10
Yakin nanya kenapa? Wuhahahah.Tapi serius, mas gethin sama dahl-hansen main bagus banget disini. Chemistrynya kena gitu. Mas gethin juga sukses dalam mengekspresikan perkembangan karakter William, sementara Dahl-Hansen (sudah dewasa kok aslinya) bisa banget meranin bocah abg keburu pengen gede dengan segala kelabilan perilaku khas abg umur segitu. Anyway sebagai seorang brits mas gethin boleh juga loh usahanya meranin cowok amrik tukang misuh. Hahaha.
•plot: 8/10
Ngalir dengan kece. Ngga misleading dan ngga bikin bingung, dengan latar belakang tiap karakter yang secara apik disematkan pada alur sehingga kita bisa memahami alasan dibalik karakter dan perilaku mereka. Yang paling penting, meskipun ada bagian agak nyerempet loli-mencari-cinta tapi film ini ga mempromosikan inappropriate love sama sekali. Malahan, cinta-monyet-loli disini dikembangkan sebagai bagian tak terpisahkan dari perkembangan emosional yang dialami sepasang tokoh utama di film ini. Kecuali kamu punya otak mode censorsh*t yang gampang suudzon sama kulit konten (e.g. tupai pake bikini, etc.), you will find this story immensely beautiful.
•music: 8/10
Soundtracknya cakep2 sampai ada kompilasinya sendiri. Lagu2nya ada yang berbahasa inggris dan denmark, sebagian dari artis indie yang diinkorporasikan dalam film ini. Originalnya juga sweet banget, suka deh sama Stay With Me gubahannya Agatha Kaspar. Gegara nonton film ini juga saya jadi suka musisi denmark seperti Stoffer og Maskinen dan Stine Kinck. Cool lah.
•cinematography: 10/10
Alasan sekunder: adegan2 yang diambil bagus, dalam artian ga mengoposisi plot/dialog yang bisa bikin penonton confused. Kota Copenhagen yang indah disalut dalam pencahayaan yang cenderung vivid, terang dan menampilkan kesan playful. Bikin seneng diliat.
Alasan primer: TERIMAKASIH TELAH MEMUASKAN PENONTON INI DENGAN BERULANGKALI MENGCLOSEUP GORGEOUS FACE NYA MAS GETHIN DALAM BERBAGAI POSE DAN SUDUT #KepslokKepencet #BoldKepencet #NotAshamedAtAll.
Overall: R-rated 9/10
•••
Subjektif banget ya judgement nya?
Biarin. Blog saya sendiri jugak. Hahaha.
Kesimpulannya, film ini mengisahkan perkembangan emosional dari dua tokoh utama, yang pada awalnya kurang balance dengan usia mereka. Dibalut dengan jalan cerita yang ga bikin boring, perkembangan itu dapat diamati penonton hingga bagian ending, dimana kita bisa melihat tokoh utama telah memiliki karakter yang lebih stabil dan mantaps. Kece deh pokoknya. Kalau kamu lagi cari rekomendasi film tentang perjalanan hidup yang mendewasakan, film yang satu ini highly recommended. Begitupun kalau kamu ngefans sama mas gethin seperti saya, maka dijamin kamu hepi.
Okay, segitu dulu yes #BahasFilm kali ini. Trims sudah mampir, see you in my next post!